Selasa, 20 November 2007

surat terbuka untuk V-arin

Tanpa sadar yang telah pudar

Akupun telah menusuknya dari belakang

Menghunus dengan pedang

Dia tentu menoleh sejenak

Mengatakan pesan terakhir

Bajingan kau!!! Keparat!!!

Katanya padaku

Betapa dia mencintaiku

Sedangkan aku padanya ?

Betapa dia menyayangiku

Sedangkan aku padanya?

Betapa dia mempercayaiku

Sedangkan aku padanya?

Ternyata aku telah berkhianat

Pada teman yang begitu dekat

Maafkan jika aku menyakitimu

Sendiri!!!

Itulah yang kurasakan

Keberadaanmu pun terkadang tak ada wujudnya dalam hatiku

Aku tetap sendiri

Maafkan aku yang selalu membutuhkanmu

Menyusahkan hatimu pun badanmu

Bunuhlah aku jika kau mau

Untuk menenangkan hatimu

Sebelum kau benar-benar pergi dari mataku

Bakarlah aku hingga hangus

Jika abu tubuhku membuatmu tertawa lepas

Maafkan, aku salah

Aku yang sombong betapa lemah

Aku pun ingin pembelaan dari orang lain biar tak kalah

Aku yang sombong ini lumpuh

Kalau temanku tak penuhi inginku dengan kukuh

Maafkan aku

Yang telah membuatmu marah lalu menangis

Semua karena ketololanku

Wisma An-Nisa Geger Kalong Girang No 27,

15 Oktober 2007, hari Kamis

Teruntuk temanku yang berada di Bogor

Tersakiti hingga relung hati

Sore ini gerimis

Hatiku pun menangis

Mengingatmu yang sedang teriris

Luka yang tak pernah habis

Aku pun teringat lagu yang sering ku lantunkan pada saat ku masih bocah duduk di kelas dua smp

Hatiku sedih, hatiku gundah

Tak ingin pergi berpisah

Hatiku bertanya hatiku curiga

Mungkinkah ku temui kebahagaian seperti di sini

Sahabat yang selalu ada

Dalam suka dan duka

Sahabat yang selalu ada

Dalam suka dan duka

Pergi lara sedih

Pergi lah resah

Janganlah terlalu banyak beprasangka

Pergilah gundah

Lihat segalanya lebih dekat

Dan kau

Mengapa bintang bersinar

Mengapa air mengalir

Mengapa dunia berputar

Lihatlah segalanya

Lebih dekat

Dan kau akan mengerti

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tiada perpisahan
karna tak perna ada pertemuan
tiada pengkhianatan
karna belum terikat janji
pergi tak kembali
bukan malu kan tanah yang dijejaki
pergi..., pergi karna yakin itu yang di ingin
kembali
bakun kalah kan kerikil
kembali..., kembali karna ini jalan yang mesti dilewati
(pelaut hindia)